Kamis, 30 Juni 2011

KEUNIKAN PENULISAN IJAZAH


Akhir kegiatan kelas VI jenjang Sekolah Dasar adalah penulisan ijazah siswa, yang merupakan tugas yang mengandung banyak resiko.

Salah satu resikonya adalah jika terjadi kesalahan penulisan pada ijazah. Kesalahan tersebut bermacam-macam mulai dari yang kecil sampai yang fatal.

Kesalahan itu juga terjadi pada saya selaku guru kelas VI dan penulis Ijazah, saya mengatakan kesalahan yang saya lakukan sangat fatal, dari 9 lembar ijazah yang saya kerjakan, 5 ijazah yang terjadi salah tulis. 

Kesalahan tersebut terjadi pada nilai mata pelajaran Bahasa Daerah Jawa dan Bahasa Inggris. Nilai yang semestinya untuk Bahasa Inggris saya isikan pada kolom Bahasa Daerah Jawa dan sebaliknya, sehingga rata-rata nilai mata pelajaran tersebut menjadi tidak benar.
Sadar dengan kesalahan tersebut saya beritahukan kepada teman-teman untuk mendapatkan tanggapan dan atau saran, yang antara lain sarannya:

1.  Oknum pertama  : “udah ndak apa-apa ndak akan ketahuan, Cuma nilai ndak usah dipikirin, yang penting identitas anaknya bener”.

2.  Oknum ke-dua    : “kira-kira anaknya melanjutkan ndak? Kalau sekiranya ndak melanjutkan berikan gitu aja ndak apa-apa, kalau diganti prosesnya ruwet dan lama, belum lagi dimarahi atasan, dan malu ke teman guru yang lain karena akan diungkap jika ada suatu pertemuan atau rapat.”

3.  Oknum ketiga     : “arek ndeso ae, ndak apa-apa wis gitu aja, ndak akan ketahuan wong cuma nilai ae.”

4.  Oknum ke-empat : “terlanjur salah, coba diperbaiki dengan alternative pakai silet, kalau bisa untung kalau ndak bisa ya rusak minta ganti aja. Daripada salah terus dibagikan kasihan anaknya dikawatirkan berpengaruh pada perjalanan hidupnya yang masih panjang. Lebih baik tahu sekarang terus diperbaiki atau diganti, daripada ketahuan nanti yang akan lebih merusak reputasi kita sebagi guru.

Dari keempat pendapat tersebut, yang lebih masuk akal menurut saya adalah yang keempat, akhirnya saya ikuti saran dan pendapatnya. Upsh!!! Tambah rusak!!!

Dengan perasaan bersalah, takut dimarahi, takut malu dan berbagai perasaan bercampur aduk jadi satu, akhirnya saya bawah ke atasan untuk minta ganti blangko ijazah dengan menunjukkan kesalahan-kesalahannya. 

Sampai di atasan ternyata tidak mendapatkan marah malah mendapatkan pujian, karena berani mengakui kesalahan dan berjiwa ksatria sehingga tidak mengorbankan anak didik. (sombong nih!!!)

Saran dari penulis:

1.     Jika terjadi kesalahan jangan coba-coba pura-pura tidak tahu, kemudian dibagikan ke  anak didik karena takut dimarahi atasan, takut malu di bicarakan teman, takut repot dalam minta penggantian blangko ijazah.
2.     Salah ya salah….. tidak perlu menggunakan berbagai cara untuk menyikapinya. Lebih baik minta ganti…..
3.     Kesalahan kita jangan sampai anak didik kita yang menanggung resikonya.
4.     Jangan sembrono dalam suatu pekerjaan. (seperti saya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar